Senin, 18 November 2013

Dinamika Dakwah


















Berdakwah itu mirip dengan pekerjaan seorang petani. Biji yg ditanam tdk cukup hanya dibenamkan ke tanah lalu ditinggalkan. Kemudian kita berharap akan kembali pada suatu hari utk memetik hasilnya.

Mustahil!

Tanaman itu harus disiram setiap hari,dijaga,dipelihara,dipagari,bahkan kalau tunas2nya mulai tumbuh,kita harus menungguinya sebab burung2 juga berminat pada pucuk2 segar itu.
Jadi para pengikut dakwah kita harus dirawat ditumbuhkan diarahkan dinasehati sampai dia bener2 matang. Dijaga alur pembinaannya,ditanamkan motivasi2,dibangun keikhlasan mereka,didengar pendapat2nya,bahkan kita perlu sesekali bepergian dengannya. Agar kita memahami betul watak kader dakwah kita sebenarnya.

Dakwah juga mirip dengan suatu perjalanan  dengan menggunakan kereta api. Dakwah sejatinya dengan tujuan akhir nya (Perjalanan menuju) yaitu Surga. Dengan mengibaratkan Lokomotifnya itu sendiri sebagai Nama Kelembagaan dalam dakwah tersebut,entah LDK atau LDS maupun lainnya. Dan gerbong-gerbong yang senantiasa menggandengkan dirinya dengan sang Lokomotif agar dirinya bisa jalan sesuai tujuan akhirnya tersebut sebagai Departemen/Divisi didalam tiap kelembagaan dakwah. Selanjutnya KITA. Jadi Apa KITA dalam perjalanan dakwah ini??Mau hanya jadi sekedar penumpang biasa yang turun dari kereta ketika dimana suatu tujuan dari masing-masing dari kita melalui Dakwah tersebut tercapai?Padahal belum sampai tujuan akhir dari sebuah perjalanan dakwah ini? Atau kita senantiasa istiqomah berada di dalam kereta tersebut hingga Maut menjemput kita? Alangkah beruntungnya kita apabila Ajal datang ketika kita sedang memperjuangkan Kalimat Allah, menegakkan kalimat Tauhid di muka bumi.
Dari perjalanan kereta tersebut, dapat kita ambil pembelajaran dan dinamika apa yang ada dalam sebuah perjalanan kereta api tersebut. Bahwasanya dakwah sama dengan melakukan perjalanan kereta api tersebut. Disetiap LDK atau LDS(sekolah) akan mengalami dinamika seperti ini dan itu pasti terjadi. Pasti kita mengganti kepala lokomotif(nama Lembaga dakwah). Kita juga pasti mengganti Gerbong(Departemen/Divisi). Dan yang pasti, adanya penumpang yang naik dan turun disetiap stasiun(Anggota). Ya begitulah dinamika berdakwah. Intinya kita masih berada dalam naungan dakwah, entah Lokomotifnya apa dan Departemen atau divisi apa. Yang terpenting, kita berdakwah Lillahi Ta'ala atau karna tujuan duniawi kita saja. 
Warning!!
Sesungguhnya Dakwah itu PAHIT, tapi yang menjadikan Ia Manis ialah Surga :)

Wallahu alam bishawab



Senin, 11 November 2013

Bumi Menangis Langit Menjerit



Pada bumi yang berotasi
Denting waktu terus berputar,
mataku masih terbelalak menatap busur waktu
Detak jantungku berirama cepat
Sesak pun menghampiri
 
Kulihat bumi kini terkoyak
Ulah tangan-tangan kasar dan nista
Merah bersimbah mengalir deras
 
Caci maki,
sumpah serapah membuncah di sudut kehidupan
pita hijau kini beralih pita hitam.
Senjata kini bagai bumerang
 
Inikah bumi-Nya?
Ketika pedang terhunus mencabik raga tak bersalah
Disaat puluhan bahkan ratusan nuklir disemburkan
Jemari dengan lihainya membidik
Pada musuh yang tetap terdiam membisu
 
Oh, bumiku
Kristal-kristal bening mengurai lembut
Sendu matamu semakin menderu
 
Bumiku kini tak hentinya menangis
Dekapan hangatnya kini bagai kobaran api
Haruskah kusendiri, terdiam?
Sementara ilalang dengan cepatnya menari
tanpa makna dan irama
mengelupas kulit keriput
 
Masihkah aku pura-pura tuli?
Pada burung yang berkicau bawel,
membuat kudukku berdiri
Sampai mengiris pilu di dinding hati
 
Haruskah kumenutup mata?
Sementara gumpalan hitam pekat terus menggumpul di awan
Melukis sketsa penuh tanya
 
Napas langit tersengal
ketika bumi tak lagi damai
Langit pun menjerit histeris
Manakala memandang bumi menangis
 
Lalu harus melangkah ke manakah aku?
Menyaksikan bumi menangis perih
Mendengar langit berteriak lantang
 
Oh bumi,
ingin kukecup dagumu, namun tak tersentuh
Hai langit,
Ingin kukecup keningmu, namun tak sampai

by: Ika N