Sabtu, 27 September 2014

LOGIKA GAJIAN DAN BALASAN ALLAH BAGI YG BERSEDEKAH


Kami bertemu dalam satu forum pelatihan profesi keguruan yang diprogram sebuah LSM. Tapi, saya justru mendapat banyak pelajaran bernilai bukan dari pelatihan itu. Melainkan dari pria ini. Saya menduga ia berasal dari kelas sosial terpandang dan mapan. Karena penampilannya rapih, menarik dan wajah yang tampan. Namun tidak seperti yang saya duga, Mas Ajy berasal dari keluarga yang pas-pasan. Jauh dari mapan. Sungguh kontras kenyataan hidup yang dialaminya dengan sikap hidup yang dijalaninya. Sangat jelas saya lihat dan saya pahami dari beberapa kali perbincangan yang kami bangun.

Satu kali kami bicara tentang penghasilan sebagai guru. Bertukar informasi dan memperbandingkan nasib kami satu dengan yang lain, satu sekolah dengan sekolah lainnya. Kami bercerita tentang dapur kami masing-masing. Hampir tidak ada perbedaan mencolok. Kami sama-sama bernasib "guru" yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa. Yang membedakan sangat mencolok antara saya dan Mas Ajy adalah sikap hidupnya yang amat berbudi. Darinya saya tahu hakikat nilai di balik materi.

Penghasilannya sebulan sebagai guru kontrak tidak logis untuk membiayai seorang isteri dan dua orang putra-putrinya. Dia juga masih memiliki tanggungan seorang adik yang harus dihantarkannya hingga selesai SMA. Sering pula Mas Ajy menggenapi belanja kedua ibu bapaknya yang tak lagi berpenghasilan. Menurutnya, hitungan matematika gajinya barulah bisa mencukupi untuk hidup sederhana apabila gajinya dikalikan 3 kali dari jumlah yang diterimanya.

"Tapi, hidup kita tidak seluruhnya matematika dan angka-angka. Ada dimensi non matematis dan di luar angka-angka logis."

"Maksud Mas Ajy gimana, aku nggak ngerti?"

"Ya, kalau kita hanya tertuju pada gaji, kita akan menjadi orang pelit. Individualis. Bahkan bisa jadi tamak, loba. Karena berapapun sebenarnya nilai gaji setiap orang, dia tidak akan pernah merasa cukup. Lalu dia akan berkata, bagaimana mau sedekah, untuk kita saja kurang."

"Kenyataannya memang begitu kan Mas?", kata saya mengiayakan. "Mana mungkin dengan gaji sebesar itu, kita bisa hidup tenang, bisa sedekah. Bisa berbagi." Saya mencoba menegaskan pernyataan awalnya.

"Ya, karena kita masih menggunakan pola pikir matematis. Cobalah keluar dari medium itu. Oke, sakarang jawab pertanyaan saya. Kita punya uang sepuluh ribu. Makan bakso enam ribu. Es campur tiga ribu. Yang seribu kita berikan pada pengemis, berapa sisa uang kita?"

"Tidak ada. Habis." jawab saya spontan.

"Tapi saya jawab masih ada. Kita masih memiliki sisa seribu rupiah. Dan seribu rupiah itu abadi. Bahkan memancing rezeki yang tidak terduga."

Saya mencoba mencerna lebih dalam penjelasannya. Saya agak tercenung pada jawaban pasti yang dilontarkannya. Bagaimana mungkin masih tersisa uang seribu rupiah? Dari mana sisanya?

"Mas, bagaimana bisa. Uang yang terakhir seribu rupiah itu, kan sudah diberikan pada pengemis ", saya tak sabar untuk mendapat jawabannya.

"Ya memang habis, karena kita masih memakai logika matematis. Tapi cobalah tinggalkan pola pikir itu dan beralihlah pada logika sedekah. Uang yang seribu itu dinikmati pengemis. Jangan salah, bisa jadi puluhan lontaran doa’ keberkahan untuk kita keluar dari mulut pengemis itu atas pemberian kita. Itu baru satu pengemis. Bagaimana jika kita memberikannya lebih. Itu dicatat malaikat dan didengar Allah. Itu menjadi sedekah kita pada Allah dan menjadi penolong di akhirat. Sesungguhnya yang seribu itulah milik kita. Yang abadi. Sementara nilai bakso dan es campur itu, ujung-ujungnya masuk WC."

Subhanallah. Saya hanya terpaku mendapat jawaban yang dilontarkannya. Sebegitu dalam penghayatannya atas sedekah melalui contoh kecil yang hidup di tengah-tengah kita yang sering terlupakan. Sedekah memang berat. Sedekah menurutnya hanya sanggup dilakukan oleh orang yang telah merasa cukup, bukan orang kaya. Orang yang berlimpah harta tapi tidak mau sedekah, hakikatnya sebagai orang miskin sebab ia merasa masih kurang serta sayang untuk memberi dan berbagi.

Penekanan arti keberkahan sedekah diutarakannya lebih panjang melalui pola hubungan anak dan orang tua. Dalam obrolannya, Mas Ajy seperti ingin menggarisbawahi, bahwa berapapun nilai yang kita keluarkan untuk mencukupi kebutuhan orang tua, belum bisa membayar lunas jasa-jasanya. Air susunya, dekapannya, buaiannya, kecupan sayangnya dan sejagat haru biru perasaanya. Tetapi di saat bersamaan, semakin banyak nilai yang dibayar untuk itu, Allah akan menggantinya berlipat-lipat.

“Terus, gimana caranya Mas, agar bisa menyeimbangkan nilai metematis dengan dimensi sedekah itu?”.

“Pertama, ingat, sedekah tidak akan membuat orang jadi miskin, tapi sebaliknya menjadikan ia kaya. Kedua, jangan terikat dengan keterbatasan gaji, tapi percayalah pada keluasan rizki. Ketiga, lihatlah ke bawah, jangan lihat ke atas. Dan yang terakhir, padukanlah nilai qona’ah, ridha dan syukur”. Saya semakin tertegun

Dalam hati kecil, saya meraba semua garis hidup yang telah saya habiskan. Terlalu jauh jarak saya dengan Mas Ajy. Terlalu kerdil selama ini pandangan saya tentang materi. Ada keterbungkaman yang lama saya rasakan di dada. Seolah-oleh semua penjelasan yang dilontarkannya menutup rapat egoisme kecongkakan saya dan membukakan perlahan-lahan kesadaran batin yang telah lama diabaikan. Ya Allah saya mendapatkan satu untai mutiara melalui pertemuan ini. Saya ingin segera pulang dan mencari butir-butir mutiara lain yang masih berserak dan belum sempat saya kumpulkan.

Sepulang berjamaah saya membuka kembali Al-Qur’an. Telah beberapa waktu saya acuhkan. Ada getaran seolah menarik saya untuk meraih dan membukanya. Spontan saya buka sekenanya. Saya terperanjat, sedetik saya ingat Mas Ajy. Allah mengingatkan saya kembali:

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Terjemah QS. Al-Baqarah [2] 261) By Abdul Mutaqin.


sumber: https://www.facebook.com/pages/Yusuf-Mansur-Network/109056501839

ISLAM MENYIBAK RAHASIA CINTA DAN MISTERINYA


Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi. Itulah hasil dari Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Bahwa sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis.

Rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang.

Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره

“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)

( Cinta Duniawi Tipuan )

Mata yang menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:

حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ

Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.

كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ

Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).

Setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:

فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102

“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)

( Islam Solusi Cinta )

Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?

Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.

Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?

Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه

“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dan pada hadits lain beliau bersabda:

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.

“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)

Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.

الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67

“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه

“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)

Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.


sumber: https://www.facebook.com/pages/Yusuf-Mansur-Network/109056501839

10 HARI AWAL BULAN DZULHIJJAH SEBAGAI WAKTU ISTIMEWA


Dari bulan Dzulhijjah, sepuluh hari pertamanya merupakan hari-hari yang sangat istimewa di sisi Allah, sangat mulia dan penuh barakah. Buktinya, Allah Ta’ala bersumpah dengannya dalam Kitab-Nya.

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)

Imam al-Thabari dalam menafsirkan “Wa Layaalin ‘Asr” (Dan malam yang sepuluh), “Dia adalah malam-malam sepuluh Dzulhijjah berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli ta’wil (ahli tafsir).” (Jaami’ al Bayan fi Ta’wil al-Qur’an: 7/514)

Sedangan dari hadits, terdapat keterangan yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaan sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah ini, di antaranya sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

"Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Karenanya dianjurkan atas orang Islam pada hari-hari tersebut untuk bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, di antaranya shalat, membaca Al-Qur’an, dzikrullah, memperbanyak doa, membantu orang-orang yang kesusahan, menyantuni orang miskin, memperbaharui janji kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Masih ada satu amalan lagi yang utama pada hari-hari tersebut, yaitu berpuasa sunnah di dalamnya.

Terdapat dalam Sunan Abu dawud dan lainnya, dari sebagian istri Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam, dia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ

“Adalah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah.” (HR. Abu Dawud no. 2437 dan dishahihkan dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud no. 2081)

Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam pernah bersaksi bahwa hari-hari tersebut adalah seutama-utamanya hari-hari dunia.

Dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam beliau bersabda

أَفْضَلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا أَيَّامِ الْعَشْرِ – يَعْنِيْ عَشْرَ ذِي الْحِجَّةِ – قِيْلَ: وَلَا مِثْلُهُنَّ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا مِثْلُهُنّ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلَّا رَجُلٌ عُفِرَ وَجْهَهُ بِالتُّرَابِ

“Hari-hari di dunia yang paling utama adalah hari-hari sepuluh -yakni sepuluh hari pertama dalam bulan Dzul Hijjah-, Ada yang bertanya, ‘tidak pula sama baiknya dengan (jihad) di jalan Allah..?’ Beliau menjawab, ‘tidak pula sama dengan (jihad) di jalan Allah melainkan seorang pria yang wajahnya penuh dengan debu tanah’.” (HR. Al-Bazzar, Abu Ya’la dan Ibnu Hibban. Dishahihkan di Shahihut Targhib wat Tarhib dan Al-Jami’ush Shahih)


sumber: https://www.facebook.com/pages/Yusuf-Mansur-Network/109056501839

Senin, 08 September 2014

#MuslimBerprestasi




by @NovhiYanthi

Bismillahirrohmanirrohim

~Menjadi Pribadi Muslim Yang Berprestasi~

  1. Guys, kalo kita berbicara ttg Islam dan Kemuliaannya, ternyata ga cukup buat berbicara soal ibadah aja. #MuslimBerprestasi
  2. Begitu pun kalo kita berbicara ttg peninggalan Rasulullah, ga cukup juga buat mengingat lembutnya sikap beliau. #MuslimBerprestasi
  3. Tapi, harus kita ketahui juga bentuk pribadi lain dari Rasulullah. #MuslimBerprestasi
  4. Yaitu, beliau adalah orang yg sangat menyukai dan mencintai prestasi ! #MuslimBerprestasi
  5. Hampir setiap perbuatan yg dilakukan Rasulullah selalu terjaga mutunya. Begitu mempesona kualitasnya. #MuslimBerprestasi
  6. Shalat beliau adalah sholat yang bermutu tinggi, shalat yg prestatif, khusyuk namanya. #MuslimBerprestasi
  7. Amal-amal beliau merupakan amal-amal yg terpelihara kualitasnya, bermutu tinggi, ikhlas namanya. #MuslimBerprestasi
  8. Demikian juga keberaniannya, tafakurnya, dan aneka kiprah hidup keseharian lainnya. #MuslimBerprestasi
  9. Ya,beliau adl pribadi yg sangat menjaga prestasi dan mempertahankan kualitas terbaik dari apa yg sanggup dilakukannya. #MuslimBerprestasi
  10. "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yg baik bagimu...
  11. (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah...," (QS. Al-Ahzab : 21)
  12. Itu pribadi Rasulullah guys, bagaimana dgn kita ??? #MuslimBerprestasi
  13. Mengapa skrg umat Islam belum ditakdirkan unggul dlm kaitan kedudukannya sbg khalifah di muka bumi ini? #MuslimBerprestasi
  14. Kalau kita renungin, mungkin ada hal yg tertinggal di dalam pribadi Rasulullah yg belum dijadikan teladan bagi kita. #MuslimBerprestasi
  15. Mungkin, kita belum terbiasa dgn kata prestasi. #MuslimBerprestasi
  16. Kita masih terasa asing dengan kata kualitas. #MuslimBerprestasi
  17. Dan kita pun seringkali terperangah kalau mendengar kata unggul. #MuslimBerprestasi
  18. Lanjut besok ya. Sudah 5 watt nih matanya. Hhehe. Niatin buat besok tahajjud.
  19. Paagiii , waah, alhamdulillah udh seger lg nih. Hehe. Lanjut sharetwit.
  20. Semalem sampe mana ya ??? Oh iya sampe unggul ya. Hhehe.
  21. Jadi gini sob, unggul mrpkn bagian yg sangat penting dari peninggalan Rasulullah. Agar kita menjadi muslim yg unggul. #MuslimBerprestasi
  22. Krn krng terbiasa dgn istilah" tsb,kita pun jadinya tdk lagi mrsa bersalah jika tdk trgolong mnjd org yg berprestasi. #MuslimBerprestasi
  23. Kita tidak merasa kecewa ketika tdk bisa memberikan yg terbaik dr apa yg bisa kita lakukan. #MuslimBerprestasi
  24. Kita jarang merasa kecewa jika shalat kita tidak khusyu. #MuslimBerprestasi
  25. Kita jarang kecewa jika bacaan qur'an kita kurang indah dan mengena. #MuslimBerprestasi
  26. Kita pun jarang kecewa jika shaum Ramadhan kita berlalu tanpa kita evaluasi mutunya. :'( #MuslimBerprestasi
  27. Kita memang banyak melakukan hal" yg ada dlm aturan agama...
  28. tetapi kadang" tdk tergerak untuk meningkatkan mutunya atau minimal kecewa dgn mutu yg kurang baik. #MuslimBerprestasi
  29. Tentu saja tdk semua dari kita yg memiliki kebiasaan kurang baik semacam ini. #MuslimBerprestasi
  30. Akan tetapi, mungkin kita termasuk salah satu diantara yg jarang mementingkan kualitas. #MuslimBerprestasi
  31. Demikian juga dlm urusan duniawi, produk" yg unggul sllu lebih mendapat tempat di masyarakat. #MuslimBerprestasi
  32. Para pemuda yg unggul juga bisa bermanfaat lebih banyak daripada org" yg tdk memelihara dan meningkatkan mutunya. #MuslimBerprestasi
  33. Bagian yg trpnting adl bhw kita hrs ttp trgolong mnjd org yg mnkmati prbuatan dan karya trbaik yg pling berkualitas. #MuslimBerprestasi
  34. Prestasi dan keunggulan adl bagian yg harus menjd lekat mnyatu dlm perilaku sehari-hari. #MuslimBerprestasi
  35. Kita harus menikmati karya terbaik kita. #MuslimBerprestasi
  36. Ibadah terbaik kita. #MuslimBerprestasi
  37. Dan amalan terbaik yg harus kita tingkatkan :) #MuslimBerprestasi
  38. Jadi, udah siap belum sob menjadi #MuslimBerprestasi ???
  39. Bangkit dan jangan ditunda-tunda lagi sob, untuk menjadi pribadi #MuslimBerprestasi :)
  40. Kita lah sbnrnya yg paling berhak menjadi manusia terbaik, yg mampu menggenggam dunia ini. #MuslimBerprestasi
  41. Daripada mereka yg ingkar, tdk mengakui bahwa segala potensi dan kesuksesan itu adl anugerah dari Allah. #MuslimBerprestasi
  42. Ingat, wahai hamba-hamba Allah, Allah menegaskan dalam firmanNya...
  43. "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia...
  44. menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah (QS. Ali-Imran : 110)
  45. Nah jadi, Jadilah Pribadi Muslim Yang Berprestasi :)
  46. Sekian sharetwit dari ane. Semoga bermanfaat :)