Pada bumi yang berotasi
Denting waktu terus berputar,
mataku masih terbelalak menatap busur waktu
Detak jantungku berirama cepat
Sesak pun menghampiri
Kulihat bumi kini terkoyak
Ulah tangan-tangan kasar dan nista
Merah bersimbah mengalir deras
Caci maki,
sumpah serapah membuncah di sudut kehidupan
pita hijau kini beralih pita hitam.
Senjata kini bagai bumerang
Inikah bumi-Nya?
Ketika pedang terhunus mencabik raga tak bersalah
Disaat puluhan bahkan ratusan nuklir disemburkan
Jemari dengan lihainya membidik
Pada musuh yang tetap terdiam membisu
Oh, bumiku
Kristal-kristal bening mengurai lembut
Sendu matamu semakin menderu
Bumiku kini tak hentinya menangis
Dekapan hangatnya kini bagai kobaran api
Haruskah kusendiri, terdiam?
Sementara ilalang dengan cepatnya menari
tanpa makna dan irama
mengelupas kulit keriput
Masihkah aku pura-pura tuli?
Pada burung yang berkicau bawel,
membuat kudukku berdiri
Sampai mengiris pilu di dinding hati
Haruskah kumenutup mata?
Sementara gumpalan hitam pekat terus menggumpul di awan
Melukis sketsa penuh tanya
Napas langit tersengal
ketika bumi tak lagi damai
Langit pun menjerit histeris
Manakala memandang bumi menangis
Lalu harus melangkah ke manakah aku?
Menyaksikan bumi menangis perih
Mendengar langit berteriak lantang
Oh bumi,
ingin kukecup dagumu, namun tak tersentuh
Hai langit,
Ingin kukecup keningmu, namun tak sampai
by: Ika N
0 Komen:
Posting Komentar
Gunakan kata-kata yang sopan ya...