Nash-nash al-Qur`an dan Sunnah telah menunjukkan bahwa
hukuman dosa (siksa) dapat dihapuskan dari seorang hamba dengan sepuluh sebab
berikut ini:
1. Taubat Nasuha
.
Yaitu taubat yang sebenar-benarnya taubat, maka ia (taubat
nasuha) dapat meleburkan dosa sebelumnya. Dan Allah Subhanahu Wata'ala Maha
menerima taubat hamba-hambaNya yang mau bertaubat kepadaNya.
Dan orang yang bertaubat dari segala dosa bagaikan orang
yang tidak memiliki dosa. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman, artinya, “Dan
Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. asy-Syura:
25).
Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman, artinya,
“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan
beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-A’raf: 153).
2. Beristighfar.
Yaitu memohon ampunan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Sesungguhnya Allah akan mengampuni hamba-hambaNya yang meminta ampunan
(beristighfar) kepadaNya. Allah Subhanahu Wata'alaberfirman, artinya, “Dan barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian mohon ampun kepada
Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
an-Nisa`: 110).
Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman, artinya, “Dan
Tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS.
al-Anfal: 33).
Begitu juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
tentang apa yang beliau riwayatkan dari Rabbnya, artinya, “Wahai anak cucu Adam
(manusia) seandainya dosa-dosamu setinggi awan di langit, lalu kamu meminta
ampun kepadaKu, niscaya Aku akan mengampuni dosa-dosamu.” (HR. at-Tirmidzi, dan
dia berkata, “Hadits hasan shahih.”
Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman dalam hadits qudsi,
artinya, “Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan (dosa)
di waktu malam dan siang hari, sedangkan Aku lah yang dapat mengampuni semua
dosa, maka mohon ampunlah kalian kepadaKu niscaya Aku akan mengampuni dosa
kalian.” (HR. Muslim).
3. Kebaikan-kebaikan menghapuskan dosa-dosa.
Seperti shalat, shadaqah, puasa, haji, membaca al-Qur`an,
berdzikir kepada Allah, berdo’a, beristighfar, berbakti kepada kedua orang tua,
menyambung silatur rahim, dan lain-lain. AllahSubhanahu Wata'ala berfirman,
artinya, “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud: 114).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Shalat-shalat yang lima waktu, jum’at ke jum’at, ramadhan ke ramadhan dapat
meleburkan dosa diantara keduanya apabila dosa-dosa besar dijauhkan.” (HR.
Muslim).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, “Dan
ikutilah perbuatan buruk/ kejahatan dengan perbuatan yang baik, niscaya dia
menghapuskannya.” (HR. at-Tirmidzi dan dia menghasankannya).
Sesungguhnya satu kebaikan dilipat gandakan balasannya
sampai sepuluh kali lipat, adapun keburukan akan dibalas yang serupa dengannya.
Maka celakalah bagi orang yang berguguran (kalah) satu persatu dari sepuluh
sebab tersebut.
4. Doa orang-orang yang beriman.
Maksudnya mereka memohon ampunan (kepada Allah, pen.) untuk
orang yang beriman (lainnya) baik ketika hidup maupun setelah mati dan
khususnya pada saat ketidak beradaannya (tanpa sepengetahuan orang yang
didoakan, pen.) dan begitu juga doanya atas saudara-saudaranya yang telah
meninggal dunia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Doa seorang
muslim untuk saudaranya yang tidak hadir (tanpa sepengetahuannya, pen.) adalah
mustajab, di samping kepalanya terdapat malaikat, setiap dia berdoa untuk
saudaranya dengan kebaikan, malaikat yang diutus berkata, ‘Amin, dan bagimu
sepertinya (seperti orang yang didoakan, pen.).” (HR. Muslim).
5. Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan/ diniatkan untuk
si mayyit .
Seperti shadaqah; puasa; haji; membebaskan budak; dan yang
lainnya. Para ulama berpendapat, “Amal shalih apa pun (yang dapat mendekatkan
diri kepada Allah) yang dia kerjakan dan dia peruntukkan pahalanya untuk
seorang muslim baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal, maka hal itu
bermanfaat baginya.” Dan yang lebih utama adalah mencukupkan dalam hal tersebut
pada apa yang dijelaskan/ ditetapkan oleh nash-nash (al-Qur`an dan Sunnah).
6. Syafa’at Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan
selainnya.
Maksudnya adalah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan
selain beliau akan memberikan syafa’at kepada orang-orang yang berbuat dosa
pada hari Kiamat dengan izin Allah Subhanahu Wata'alasebagaimana hal tersebut
ditetapkan di dalam hadits-hadits shahih.
7. Musibah-musibah.
Dengannya lah Allah Subhanahu Wata'ala menghapuskan
dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan (yang dilakukan oleh hamba-hambaNya, pent.)
di dunia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ash-Shahihain, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam;bersabda, “Tidaklah orang yang beriman ditimpa
penyakit yang terus menerus dan tidak pula rasa cemas, rasa sedih, rasa susah
dan rasa sakit, sampai-sampai duri yang menusuk kecuali Allah menghapuskan
dengannya dari dosa-dosa/ kesalahan-kesalahannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
8. Apa yang didapatkan oleh seorang hamba ketika di dalam
kubur.
Yakni berupa fitnah, himpitan liang kubur, kengerian, maka
ini semua di antara yang dapat menghapuskan dosa-dosa.
9. Rasa takut, kesusahan serta kengerian terhadap
kedahsyatan hari kiamat.
10. Rahmat Allah Subhanahu Wata'ala
Sesungguhnya karena rahmat Allah Subhanahu Wata'ala, semua
hamba mendapatkan maaf dan ampunanNya tanpa sebab, maka Dia lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang, sebagaimana Dia berfirman, artinya, “Dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu.” (QS. an-Nisa`: 48 dan
116).
Dan Dia lah yang Maha Penyayang kepada hamba-hambaNya
melebihi sayangnya seorang ibu kepada anak-anaknya dan sungguh rahmat Allah
Subhanahu Wata'ala meliputi segala sesuatu.(Abu Nabiel).
Sumber: Diterjemahkan dari kitab, “An-Nuqath al-’Asyru
adz-Dzahabiyah”, karya: Syaikh Abdur Rahman bin Ali ad-Dausary.Diposting oleh :
Abdurrahman Al-Maluky
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatannur&id=599
0 Komen:
Posting Komentar
Gunakan kata-kata yang sopan ya...