Orang Islam tak punya kata pesimis dalam kamus hidupnya, karena pedoman yang telah dipegang teguh adalah al-Quran dan al-Hadits. Pernahkah terpikir oleh kita bahwa segala rintangan, kesulitan yang dihadapi menjadikan kita kian ahli dan bertambah pengalaman dalam segala hal? Sungguh indah ayat cintaNya mengenai sikap optimis yang harus ditanamkan dalam diri kita, Alam Nasyrah, “… karena. sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (QS 94: 5-6)
Bagi orang pesimis, Ciri lain yang melekat adalah sedikit-sedikit kecewa, sedikit-sedikit merasa langkahnya salah, lebih banyak keluhan dan mudah menyerah. Bagi orang optimis, ciri lain yang melekat adalah ketika ada kecewa atau tertusuk duri dalam melangkah, ia akan bersegera memperbaiki diri, mengobati luka dengan tetap ceria dan bersemangat dalam perjuangannya.
Si pesimis cenderung mencari untung untuk diri sendiri, mengutamakan kepentingan pribadi. Sedangkan si optimis mengorbankan kepentingan pribadi karena merasa bahagia jika menyenangkan orang lain.
Si pesimis seolah hidupnya penuh curiga, melihat kehidupan bagaikan warna hitam-putih saja. Si optimis merasa hidupnya penuh berkah, memandang kehidupan berwarna-warni dan selalu indah.
Si pesimis suka membesar-besarkan masalah kecil, namun enggan mencari penyelesaiannya, sedangkan si optimis berusaha untuk menemukan solusi atas masalah besar meski dengan langkah kecil.
Si pesimis gemar menunda pekerjaan dan merasa tak termotivasi, sedangkan si optimis tekun dan menyegerakan karya nyata secepatnya.
Dalam kondisi akut, orang pesimis berpikir congkak bahwa, “Saya lebih hebat dari pada dia dan dia…” Sedangkan si optimis tetap sederhana dan berpikir bahwa, “Saya harus selalu belajar dari dia dan dia…”
Ketika disodori setangkai mawar, orang pesimis langsung mencemooh ketajaman duri-duri si mawar. Sedangkan orang optimis tak peduli pada duri, melainkan terlebih dahulu memuji keharuman bunga indah tersebut.
Dalam situasi dikhianati rekan atau teman, si pesimis akan menggeneralisasi permasalahan, bersikap bagai bom meledak yang memuntahkan segalah amarah bagaikan tak ada secuil pun jasa teman yang dinikmatinya. Sedangkan sang optimis akan bersikap adil, menelaah dengan hati-hati dan berusaha menyelesaikan permasalahan itu dengan menyadari posisi, situasi dan keadaan yang dihadapi orang lain.
Orang pesimis di setiap tahap pekerjaannya selalu mendahulukan kemungkinan buruk, orang optimis dapat menjaga keseimbangan prediksi sesuai dengan optimal usahanya, fokus untuk meraih hasil terbaik.
Orang pesimis kurang banyak teman karena orang sekitar menjadi turut resah jika tertular kepesimisannya. Sedangkan orang optimis mudah memperoleh banyak teman dan sahabat baik.
Semoga kita dapat menghindari ciri-ciri pesimisme yang dapat meruntuhkan kepercayaan diri pada keindahan taufiq hidayahNya yang telah kita dekap erat-erat. Untuk menanamkan kegembiraan dan optimis di hati, hendaknya kita menyadari bahwa tugas diri hanyalah berusaha semampunya, mengoptimalkan ikhtiar dan memanjatkan pinta kepadaNya, sedangkan ketentuan dan hasil akhir adalah urusan Allah ta’ala. Penilaian dan ganjaran terbaik adalah milikNya semata. Wallahu’alam bisshowab.
sumber: https://www.facebook.com/pages/Yusuf-Mansur-Network/109056501839
0 Komen:
Posting Komentar
Gunakan kata-kata yang sopan ya...