Selasa, 11 November 2014

( IMAN ) KUNCI SUKSES IALAH, BERSEGERA DALAM BERAMAL SHOLEH


Di zaman serba digital sekarang ini, menuntut ilmu agama sangat mudah. Asal mau saja gampang sekali untuk tahu tentang hukum syara. Pengajian juga bertebaran di mana-mana, di televisi atau di majelis taklim lingkungan tempat tinggal/bekerja. Artikel keislaman pun sangat mudah diakses di dunia maya/internet. Jadi tak ada alasan “tidak tahu” atas suatu kewajiban yang diperintahkan Alloh atau atas suatu hal yang dilarang Alloh. Bukan jamannya lagi “tidak tahu” dijadikan sebagai alasan pembenaran atas suatu pelanggaran aturan syara. Sebagai contoh, saat sekarang rasanya tidak mungkin ada seorang muslimah yang tidak tahu kewajibannya menutup aurat. Apalagi bagi mereka yang tinggal di kota. Namun kenyataannya masih amat banyak muslimah yang justru memamerkan auratnya. Penyebabnya cuma satu: tidak bersegera dalam kebaikan dan menerima seruan Alloh. Jadi bukan karena “tidak tahu” tapi lebih karena “tidak mau tahu”.

Allah SWT telah berfirman, ” Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan berbagai macam kebaikan, dan mereka senantiasa berdoa kepada Kami dengan disertai rasa harap dan cemas. Dan mereka pun senantiasa khusyu’ dalam beribadah kepada Kami.” (QS. Al Anbiyaa : 90).

( Sebuah Pelajaran )

Suatu ketika tiba-tiba mataku tertumbuk pada seorang lelaki tua yang sedang berjalan di sisi kiri jalan. Sangat kurus hingga terlihat jelas lekuk-lekuk tulang tubuhnya. Beban berat kayu bakar yang dipikulnya, semakin membuat badannya terbungkuk-bungkuk. Aku benar-benar tertegun. Seharusnya orang seumuran itu adalah saatnya beristirahat. Berjuta tanya bergelayut di hati. Kemana anak cucunya, sehingga si kakek masih harus bekerja keras menguras tenaga? Atau ia sebatang kara? Hatiku miris, betapa di jaman modern seperti ini masih ada yang menjajakan kayu bakar. Saat gas elpiji sudah begitu praktis digunakan, pembeli kayu bakar pasti amat langka.

Motor yang dikendarai temanku semakin jauh melaju. Bayang-bayang kakek tua semakin samar dari kejauhan. Baru aku tersadar, betapa merasa diri amat bodoh. Seharusnya kami berhenti tadi. Menyambangi kakek tua, membeli kayu bakarnya. Meski aku pun tak tahu untuk apa dan bagaimana cara membawanya. Yang penting beban berat di pundaknya tak ada lagi. Tak tega rasanya. Dan ini membuatku merasa bersalah.

Saat itu juga langsung kami putuskan untuk berhenti. Menunggu kakek tua di pinggir jalan, sebelum akhirnya kami kembali balik arah menuju si kakek. Betapa kecewa hatiku karena si kakek telah ” menghilang”. Ditunggu hampir satu jam pun tidak kunjung muncul.

Besoknya aku menuju ke tempat yang sama di waktu yang sama. Namun hasilnya nihil. Sampai berhari-hari hingga waktu liburanku di kampung habis, aku tetap tak bisa menjumpai si kakek tua. Jujur, aku sangat menyesal. Penyesalan yang menyesakkan dada, bahkan tetap terpikirkan sampai sekarang. Penyesalan yang tiada guna.

Dari peristiwa itu aku belajar. Sebuah pelajaran hidup yang cukup menampar yaitu untuk tidak menunda-nunda dalam kebaikan. Menolong seseorang yang lemah siapapun ia, dimanapun dan kapanpun, haruslah dengan sesegera mungkin. Tidak perlu terpikir apa-apa. Niatkan semua karena Alloh. Betapa bodohnya, telah diberiNya kesempatan bertemu orang lemah, untuk berbagi dan berbuat baik tapi tersia-sia. Bukankah Islam telah mengajarkan untuk beramal baik tanpa mengulur-ulurnya: dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal yang shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dimana ada seseorang pada waktu pagi ia beriman tapi pada waktu sore ia kafir, pada waktu sore ia beriman tapi pada waktu pagi ia kafir, ia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia. (H.R. Muslim)

( Peluang )

Bersegera dalam kebaikan sangat ditekankan dalam Islam. Bisa jadi kesempatan berbuat baik akan terlewatkan jika tidak bersegera. Sebab waktu tak bisa diputar, kesempatan belum tentu datang dua kali. Betapa pentingnya manusia untuk selalu menghargai waktu. Sehingga bisa tergolong orang-orang yang beruntung.

Sirwa’ah ‘Ukbah bin Al-Harist ra. Berkata, “Saya shalat Ashar di belakang Nabi saw. di Madinah setelah salam beliau terus cepat-cepat bangkit melangkahi leher barisan para sahabat menuju kamar salah satu istrinya. Para sahabat terkejut atas ketergesaannya itu kemudian beliau keluar dan melihat para sahabat terkejut atas ketergesaannya itu beliau bersabda, “Aku ingat sepotong emas dan aku tidak ingin terganggu karenanya maka aku menyuruh untuk membagikannya.” (H.R. Bukhari)

Dari Jabir ra. mengatakan bahwa pada perang Uhud ada seseorang bertanya kepada Nabi saw, “Apakah tuan tahu, seandainya saya terbunuh maka di manakah tempat saya? Beliau menjawab, “Si dalam surga. Kemudian orang itu melemparkan biji-biji korma yang ada di tangannya lantas maju perang sehingga ia mati terbunuh. (H.R. Bukhari-Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. mengatakan bahwa ada seseorang datang kepada Nabi saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya? Beliau menjawab, “Yaitu kamu sedekah sedangkan kamu masih sehat, suka harta, takut miskin dan masih ingin kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda sehingga bila nyawa sudah sampai di tenggorokan (sekarat) maka kamu baru berkata: untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian, padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris) (H.R. Bukhari dan Muslim).

Bersegera dalam kebaikan semoga bisa menjadi denyut jantung setiap muslim. Kala tahu ada kewajiban yang belum tertunaikan, ia segera melakukan. Saat tahu ada perbuatannya yang salah, ia segera bertobat. Tanpa menunggu tua. Karena usia adalah rahasia Alloh. Kematian bisa datang kapan pun tanpa pernah diduga. Cukuplah nasihat kematian sebagai motivasi untuk bersegera dalam kebaikan. Bersegera dalam menyambut seruan Alloh SWT. Semoga


sumber: https://www.facebook.com/pages/Yusuf-Mansur-Network/109056501839?fref=ts

0 Komen:

Posting Komentar

Gunakan kata-kata yang sopan ya...