Selasa, 11 November 2014

( TELADAN ) GENERASI EMAS ISLAM DIMASA SHAHABAT NABI MUHAMMAD S.A.W


Allah SWT meminta kaum muslimin untuk meneladani Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam melaksanakan Islam, yaitu dengan mengikuti jejak generasi emas tersebut, dan menghubungkan diri mereka dengan generasi tersebut dalam amaliyah sehari-hari. Karena merekalah generasi unik yang menjalan Islam dengan sempurna dan paripurna. Mereka tahu, dan mengetahui mereka lurus. Mereka paham, dan pemahaman mereka itu baik. Merekalah generasi iman dan tauhid, generasi ibadah dan keikhlasan, generasi keadilan dan konsistensi, generasi kesabaran dan keteguhan, generasi jihad dan heroisme. Itulah generasi para sahabat yang mulia yang wajib dikaji oleh kaum Muslimin.

Allah SWT berfirman,

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS Al-Hasyr : 9)

Cinta kepada para sahabat merupakan bagian dari agama dan keimanan, sedangkan mencaci dan membenci para sahabat adalah bagian dari kesesatan dan kehinaan.

Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Saat terjadi pertengkaran antara Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin ‘Auf, Khalid mencaci Abdurrahman. Lalu Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela seorang sahabatku, karena seandainya salah seorang dari kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka pahalanya tidak bisa menyamai infak mereka sebanyak satu gantang, dan tidak pula separonya.”

Dari ‘Imran bin Hushain RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik umatku adalah yang sezaman denganku, kemudian yang sesudah mereka, kemudian yang sesudah mereka.” ‘Imran berkata, “Aku tidak tahu, apakah beliau menyebut dua atau tiga zaman sesudah zaman beliau.”

Dari Abu Musa Al-Asy’ari, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit. Kalau bintang-bintang itu hilang, maka penghuni langit akan menerima apa yang diperingatkan kepada mereka. Aku adalah pengaman bagi sahabat-sahabatku. Kalau aku telah pergi, maka datanglah kepada para sahabatku apa yang diperingatkan kepada mereka. Dan para sahabatku adalah pengaman bagi umatku. Kalau para sahabatku itu telah pergi, maka datanglah kepada umatku apa yang diperingatkan kepada mereka.”

Dari Anas RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Tanda iman adalah cinta kepada para sahabat Anshar, dan tanda kemunafikan adalah membenci para sahabat Anshar.” Nabi SAW juga bersabda tentang sahabat-sahabat Anshar, “Tidak ada yang mencintai mereka selain orang mukmin, dan tidak ada yang membenci mereka selain orang munafik.”

Semua sahabat adalah adil, tsiqah, dan tsabat. Karena Allah telah menilai mereka adil dan mengabarkan kesucian mereka. Nabi SAW pun menilai mereka bersih dan menjelaskan keutamaan mereka. Bagaimana mereka tidak berada dalam kedudukan tersebut, sedangkan mereka adalah manusia-manusia yang dipilih Allah untuk menjadi sahabat Nabi-Nya SAW.

Ibnu Mas’ud RA berkata, “Sesungguhnya Allah melihat hati para hamba, dan mendapati hati Muhammad SAW itu sebaik-baik hati para hamba. Karena itu, Allah memilihnya bagi diri-Nya dan mengutusnya untuk membawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba sesudah hati Muhammad SAW, dan Allah mendapati hati para sahabatnya sebaik-baik hati para hamba. Karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai kaki tangan Nabi-Nya yang berperang di atas agamanya. Jadi, apa yang dilihat kaum muslimin sebagai sesuatu yang baik, maka ia juga baik di sisi Allah. Dan apa yang mereka lihat sebagai sesuatu yang jelek, maka ia juga jelek di sisi Allah.”

Allah SWT berfirman,

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا ﴿٢٩﴾

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Fath : 29)

Allah SWT berfirman,

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١٠٠﴾

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah [9]: 100)

Betapa bagus kesimpulan yang diambil Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dari ayat ini. Ia mengatakan, “Allah meridhai para sabiqun tanpa syarat ihsan (berbuat baik). Di antara tindakan mengikuti sahabat dengan berbuat baik adalah bersikap ridha kepada mereka, memohonkan ampunan bagi mereka, dan meneladani mereka.


sumber: https://www.facebook.com/pages/Yusuf-Mansur-Network/109056501839?fref=ts