Rabu, 28 Desember 2016

10 Kisah Cinta Paling Indah Dalam Islam


1. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra

Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. Subhanallah.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah Saw. itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah Saw. Akhirnya Ali memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”



2. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: "Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu,"

Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!"


3. Abdurrahman ibn Abu Bakar


Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.
Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya. Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk tegar. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa:
Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya
Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.


4. Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid
Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama.
Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar."
Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"
Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.
Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.



5. Rasulullah Saw. dan Aisyah

Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.
Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”
Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-istri.



6. Thalhah ibn ‘Ubaidillah

Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
Subhanallah.



7. Kisah cinta yang membawa surga


Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'.
Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan.
Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, 'Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.'
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.'
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo'akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"
Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."
Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."
Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."
Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
Hmm, sebuah kisah cinta yang agung dengan berdasarkan janji bertemu di surga. Luar biasa. AllahuAkbar.


8. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,
"Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?"
"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," kata Abu Thalhah.
"Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam," tukas Ummu Sualim tandas.
"Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?" tanya Abu Thalhah.
"Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri," tegas Ummu Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya."
Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, "Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya."
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, "Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.




9. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel


Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Dictengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata "Astagfirullah"
Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. "Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".
Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.
"Assalamualaikum...."
"Waalaikumsalam wr.wb.". Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.
Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.
"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua". tanya pemuda itu.
Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan."Baiklah pak, saya mau."
Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.
"Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?"
Pak tua itu diam sejenak. "Belum."
Pemuda itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu."
"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi."
"Apa itu pak tua?"
"Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"
"Ya, aku mau." jawab pemuda itu.
Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.
"Baiklah pak, aku mau."
Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.
"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?"
Pak tua itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu."
Pemuda itu tampak bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?
Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"
Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."
Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: "Subhanallah....."
Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.



10. Zulaikha dan Yusuf As.


Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit ulasan tentang cinta mereka.
Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib) negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.
Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau menolak semua pinangan putera raja yang lain. Setelah bapanya mengetahui isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga mengasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat bersama-sama dengannya.”
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya kerana ia percaya ia selamat bersamnya.
Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.
Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas memperjelasnya: "Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan dunia."
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan kita se¬karang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”
Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku, aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang berketerampilan dingin, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”
Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis (perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.

Demikianlah kisah-kisah cinta yang menggugah hati saya baru-baru ini. Semoga kisah cinta kita sekalian –saya dan anda, wahai para pembaca- seindah cinta mereka. Wallahu wa Rasulullahu bisshowab.

sumber: https://www.facebook.com/pg/Doa-Dzikir-Harian-149032521884538/photos/?tab=album&album_id=997027553751693

Selasa, 27 Desember 2016

Ternyata Kata-Kata Ini yang Paling Dipersoalkan PMKRI dari Ceramah Habib Rizieq

Habib RizieqImam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab dilaporkan ke Polda Metro Jaya, Senin (26/12/2016) atas tuduhan penistaan agama Kristen. 

Kata-kata apa yang diucapkan Habib Rizieq sehingga dilaporkan ke polisi? Pimpinan Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) selaku pelapor pun menjelaskannya.

"Pada ceramah beliau di Pondok Kelapa pada tanggal 25 kemarin yang menyatakan bahwa 'Kalau tuhan itu beranak, terus bidannya siapa?' dan di situ kita temukan banyak gelak tawa dari jemaat terhadap apa yang disampaikan dari Habib Rizieq tersebut. Jujur sebagai Ketua Umum PP-PMKRI, kami merasa terhina, merasa tersakiti dengan ucapan yang disampaikan oleh Saudara Habib Rizieq Shihab ini," kata Angelo seperti dikutip Detik.
https://news.detik.com/berita/d-3380801/dianggap-nistakan-agama-habib-rizieq-dilaporkan-ke-polisi

Angelo melaporkan Habib Rizieq dengan pasal yang sama seperti kasus Ahok yakni pasal 156 dan 156a KUHP. Selain itu, pihaknya juga melaporkan Habib Rizieq melanggar UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE.

Menyikapi laporan ini, DPP FPI menyatakan bahwa Habib Rizieq hanya mendakwahkan Surat Al Ikhlas yang menyatakan Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.

“Lalu ketika ada ulama dakwahkan ajaran Al-Quran "Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan" tetiba ulama dilaporkan ke polisi. Penistaan tuduhnya,” kata FPI melalui akun Twitter @dpp_fpi.

“Luar biasa mereka, jadi ulama-ulama yang dakwahkan ajaran Islam sesuai Kitab Suci dicap bohong, menista agama lain, lalu seenaknya dihina-hina,” tandasnya. 

Netizen pun berbondong-bondong membela Habib Rizieq dengan hashtag #UlamaDifitnah. Ketika berita ini dimuat, hashtag tersebut menempati peringkat kelima dalam trending topic. 

“Kalau ulama di fitnah kamilah pembelanya #UlamaDifitnah,” kata Agus Maksum melalui akun Twitterya @ammaksum.

“Habib Rizieq dilaporkan PMKRI karena ceramah tentang kandungan surat Al-Ikhlas, ceramah depan Muslim kenapa Kristen yang sewot?! #UlamaDifitnah,” kata @moulana90juve. [Ibnu K/Tarbiyah.net]

Sumber : Tarbiyah.net

Senin, 26 Desember 2016

Ngobrol Masalah Pemimpin (1)

Hasil gambar untuk pemimpin

Assalamu'alaikum yaa akhi yaa ukhti ~

Setelah sekian lama ane gak bikin postingan di blog rohis kali ini, akhirnya ane datang kembali~  Tulisan ini muncul di pikiran ane setelah “ikut" Tafakur Alam 2016 nih u,u

Inspirasi itu datangnya bisa dari mana aja loh, contohnya yang mau disampein sekarang. Hal ini muncul ketika terjadi sedikit keributan u,u

Jadi kelamaan dipembukaannya wkwk.
Dalam menjadi seorang pemimpin yang baik, tentu hal ini mungkin membantu. Memimpin itu mudah ketika kita mengerti bagaimana caranya menjadi pemimpin. Dan hal itu akan terlihat indah ketika sebuah organisasi terorganisir begitu rapih dan terarah. Banyak hal yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang pemimpin. Dimulai dari bagaimana cara agar para pasukan (re:anggota) mau mengikuti pemimpinnya. Mungkin ini beberapa alasan mengapa pasukan mengikuti pemimpinnya.

1. Ditakuti
Oke ini yang pertama. Ketika pemimpinnya menyeramkan. Memberikan hukuman ketika tidak mengikuti aturannya tentu anak buahnya selalu “mentaati” apa yang diperintahkan. Organisasi mungkin akan terlihat berjalan baik, tetapi hanya saat ada pemimpin disekitarnya. Ketika pemimpinnya pergi sesaat, bubarlah semua pasukannya. Pas diliatin, rajin tuh bersih bersih masjid eh pas pemimpinnya ilang dikit udah tuh pada tidur tiduran. Paling sih kalo di organisasi yang gak wajib diikuti punya pemimpin kaya gini ya pasti pada pergi.

2. Dihormati
Yang kedua, dihormati. Pemimpin yang kaya gini tentu orang yang baik. Selalu menyapa teman-temannya, menanyakan kabar dan menebar senyuman indahnya. Pemimpin yang kaya gini biasanya juga sering nolong teman temannya dan pasukannya. Jadi saat dia lagi memberikan arahan ke anggotanya tentu mereka menyambut baik dan melakukannya dengan senang hati.

3. Dicintai
Nah ini yang terakhir. Ya ini semua teruntuk “the baper” :v Karena cinta, gunung ku daki lautan ku sebrangi. Walau kaki sudah tak sanggup melangkah pergi, selagi masih ada cinta didalam hati, tangan kan ku gunakan sebagai pengganti kaki :v (apa ini)

Ya begitulah. Saat pemimpinnya dicintai mau disuruh apa aja mau. Bahkan mengorbankan apapun demi memenuhi keinginan sang pemimpin alias pencuri hati. “Kamu sekretarisnya kan? Proposalnya bisa selesaikan besok nggak?” , walau belum dikerjakan sama sekali. Sang anggota ini pasti akan berusaha menyelesaikan walau malam memaksa mata memejam.

Sebenernya sih ini gak harus antara ikhwan-akhwat. Mungkin ikhwan ke ikhwan juga bisa, (bukan gay), Karena sesungguhnya antara pemimpin dan anggotanya adalah seorang teman, seseorang teman(muslim) antara satu dengan yang lainnya adalah saudara. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.

Dan juga mungkin bukan pemimpinnya yang dicintai, tapi Allah SWT lah yang ia cintai. Jadi karena mereka mencintai Allah apapun yang diperintahkan tentu ditaati ^^

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ø£َØ·ِيعُوا اللَّÙ‡َ ÙˆَØ£َØ·ِيعُوا الرَّسُولَ ÙˆَØ£ُولِÙŠ الْØ£َÙ…ْرِ Ù…ِنكُÙ…ْ

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kalian.” [An-Nisaa: 59]

Nah, selanjutnya gimana sih biar kita bisa dihormati dan juga dicintai?
Tentu, jadilah pemimpin yang baik hati. Bukan menyuruh tetapi mengajak, bukan memarahi tetapi menasehati, bukan diam saja ketika yang lainnya bekerja, bukan juga bekerja sendiri. Selalu tersenyum dihadapan anggotanya, dan memberikan arahan yang masuk akal dan berbicara dengan lemah lembut sehingga tidak menyakiti hati yang mendengarnya. Mengakui kesalahan ketika diperbuat dan juga meminta maaf. Seperti halnya yang dilakukan Umar bin Khatab ra. saat ia membuat peraturan tentang mahar agar tidak lebih dari 40 uqiyah, lalu ada seseorang wanita yang menegurnya mengapa hal yang tidak diharamkan Allah akan diharamkan oleh Umar, wanita tersebutpun membacakan surah an-Nisa ayat 20. Dan hingga saat ini perkataan Umar itupun terkenal "Wanita itu benar, dan Umar salah"

Bersambung di lain hari~
mungkin segini dulu ada manfaatnya, mungkin ~

(pr/26)

Minggu, 25 Desember 2016

Penjelasan Pihak Hotel Novita Jambi yang Diduga Lakukan Penistaan Agama

Lafaz Allah di Ornamen Natal \n
Lafaz Allah di Ornamen NatalIst


JAMBI, JITUNEWS.COM- Hotel Novita yang berlokasi di pusat Kota Jambi diduga melakukan penistaan agama. Hal itu diketahui, lantaran mengukirkan lafaz Allah di lantai yang bersanding dengan ornamen Natal.

Terkait dengan kejadian itu, GM Novita Hotel, Husairi, mengatakan bahwa dirinya tidak tahu ada ukiran tersebut. Menurutnya, ornamen tersebut dibuat sejak dua minggu yang lalu. 

"Kita tiap tahun sama buat seperti itu, siang tadi belum ada. Staf kita yang buat ornamennya. Kita akan periksa staf kita nanti," ujar Husairi, Jumat (23/12).
Gara-gara kejadian itu, tindakan tegas langsung diambil Walikota Jambi, Sy Fasha. Hotel tersebut ditutup untuk sementara. Penutupan itu dilakukan langsung Fasha dengan membawa selembar kertas karton yang bertuliskan "Maaf! Hotel Ini Dihentikan Operasinya!". 
Kertas itu pun langsung ditempel tepat di pintu masuk Hotel. Keputusan tersebut, jelas Fasha, diambil setelah rapat bersama unsur Forkopimda.
“Kami menyesalkan kejadian ini. Dan kami berjanji hal ini akan ditindaklanjuti. Percayakan kepada kami dan aparat penegak hukum untuk menindaklanjutinya,” tegas Fasha, Jumat (23/12). 


@jitunews http://www.jitunews.com/read/49847/penjelasan-pihak-hotel-novita-jambi-yang-diduga-lakukan-penistaan-agama#ixzz4Trd9FZFb

Intoleran, Juri Karate Se-Jatim Larang Peserta Siswi Muslimah ini Berjilbab

dilarang-mengenakan-jilbab-gadis-cilik-ini-memilih-mundur-tidak-ikut-pertandingan-karateIslamedia – Nasib umat Islam di negeri ini, yang merupakan negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, kerap kali mendapat perlakuan diskriminatif. Entah sudah berapa kali kasus pelarangan jilbab terhadap muslimah terjadi di beberapa wilayah. Bahkan kini, pelarangan jilbab dialami oleh salah satu siswi SMP di Magetan. Aulia, siswi SMPIT Harapan Umat Magetan, batal mengikuti pertandingan karate se-Jatim karena juri melarang Aulia menggunakan jilbab. Kejadian tersebut diceritakan lengkap oleh Maimon Herawati di akun facebook pribadinya, Sabtu (24/12).
Mayoritaskah? Atau Minoritas? Jumat, 23 Desember 2016, Magetan. Aulia bersiap mengikuti perlombaan Karate se-Jatim di GOR Magetan. Siswi Smpit Harapan Umat Ngawi ini mengenakan sabuk biru. Bersama Aulia, ada beberapa siswa lain yang juga berjilbab. Menjelang pertandingan, juri memeriksa calon peserta. Saat itu, juri meminta peserta membuka jilbab. Aulia tercekat dan tercenung. Rekan peserta berjilbab lainnya membuka jilbab mereka. Aulia memilih meninggalkan lapangan. “Ya udah. Nggak bisa [bertanding].” Mengapa? “Kan dalam agama nggak boleh membuka aurat,” jelas gadis cilik ini saat saya telpon baru saja. Ada rasa sedih, itu pasti. Siang malam Aulia berlatih sekuat tenaga. Berangkat latihan pagi pagi sekali, lalu pulang menjelang dzuhur. Istirahat sejenak lalu pergi latihan lagi, dan baru kembali pulang jam setengah sembilan malam. Setiap hari. Guru Aulia, Pak Ustadz Janan Farisi yang menulis tentang Aulia ini, bercerita kalau pihak official sudah berusaha protes pada juri. Tapi, tidak berhasil. Aulia didiskualifikasi karena tidak mau membuka jilbabnya. Gadis cilik 13 tahun yang bercita-cita ingin menjadi dokter ini melantunkan doa dalam kesedihannya, semoga Allah ganti [pertandingan gagal karena mempertahankan jilbab ini] dengan yang lebih baik. Engkaulah petarung sesungguhnya, Nak. Dan engkau telah menjadi juara.

Fenomena apakah yang terjadi saat ini. Siapakah yang intoleran? Mengapa media lebih suka menyudutkan Islam?

Sumber : Islamedia.id

Senin, 15 Agustus 2016

Kemerdekaan Indonesia: Berawal dari Palestina dan Mesir

Exc1

Oleh: Abu Hanifah M.N.
Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun di usianya yang lebih dari setengah abad ini pemerintah Indonesia belum benar-benar berhasil melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, belum benar-benar berhasil memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, tetap saja nikmat kemerdekaan ini harus kita syukuri.
Salah satu bentuk rasa syukur adalah dengan ‘jasmerah’—jangan melupakan sejarah! Karena sejarah dapat menjadi bahan pelajaran dan pertimbangan bagi pilihan sikap dan tindakan di masa kini atau di masa mendatang.
Berkaitan dengan sejarah kemerdekaan Indonesia, ada hal yang jarang sekali diungkap, yakni tentang negara mana saja yang pertama kali membantu dan memberikan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia. Patut dicatat bahwa dukungan dan pengakuan kedaulatan Indonesia pertama kali adalah datang dari negara-negara muslim di Timur Tengah. Bukan dari negara-negara Barat.
Berawal dari Palestina
Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina. M. Zein Hassan, Lc (Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia) dalam bukunya “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” (hal. 40) menyatakan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini—mufti besar Palestina. Pada 6 September 1945, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ beliau ke seluruh dunia Islam, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Seorang yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher  (seorang saudagar kaya Palestina) spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir.
Dukungan Mesir
Di Mesir, sejak diketahui sebuah negeri Muslim bernama Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya, Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), organisasi Islam yang dipimpin Syaikh Hasan Al-Banna, tanpa kenal lelah terus menerus memperlihatkan dukungannya. Selain menggalang opini umum lewat pemberitaan media yang memberikan kesempatan luas kepada para mahasiswa Indonesia untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di koran-koran lokal miliknya, berbagai acara tabligh akbar dan demonstrasi pun digelar.
Para pemuda dan pelajar Mesir, juga kepanduan Ikhwan, dengan caranya sendiri berkali-kali mendemo Kedutaan Belanda di Kairo. Tidak hanya dengan slogan dan spanduk, aksi pembakaran, pelemparan batu, dan teriakan-teriakan permusuhan terhadap Belanda kerap mereka lakukan. Kondisi ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo ketakutan. Mereka dengan tergesa mencopot lambang negaranya dari dinding Kedutaan. Mereka juga menurunkan bendera merah-putih-biru yang biasa berkibar di puncak gedung, agar tidak mudah dikenali pada demonstran.
Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI membuat pemerintah Mesir mengakui kedaulatan pemerintah RI atas Indonesia pada 22 Maret 1946. Dengan begitu Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah itu menyusul Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan. Selain negara-negara tersebut,  Liga Arab  juga berperan penting dalam Pengakuan RI. Secara resmi keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Alasan Liga Arab memberikan dukungan kepada Indonesia merdeka didasarkan pada ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan.
Dukungan dari Liga Arab dijawab oleh Presiden Soekarno dengan menyatakan bahwa antara negara-negara Arab dan Indonesia sudah lama terjalin hubungan yang kekal “Karena di antara kita timbal balik terdapat pertalian agama”.
Pengakuan Mesir dan negara-negara Arab tersebut melewati proses yang cukup panjang dan heroik. Begitu informasi proklamasi kemerdekaan RI disebarkan ke seluruh dunia, pemerintah Mesir mengirim langsung konsul Jenderalnya di Bombay yang bernama Mohammad Abdul Mun’im ke Yogyakarta (waktu itu Ibukota RI) dengan menembus blokade Belanda untuk menyampaikan dokumen resmi pengakuan Mesir kepada Negara Republik Indonesia. Ini merupakan pertama kali dalam sejarah perutusan suatu negara datang sendiri menyampaikan pengakuan negaranya kepada negara lain yang terkepung dengan mempertaruhkan jiwanya. Ini juga merupakan Utusan resmi luar negeri pertama yang mengunjungi ibukota RI.
Pengakuan dari Mesir tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan Indonesia – Mesir di Kairo. Situasi menjelang penandatanganan perjanjian tersebut duta besar Belanda di Mesir ‘menyerbu’ masuk ke ruang kerja Perdana Menteri Mesir Nuqrasy Pasha untuk mengajukan protes sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Menanggapi protes dan ancaman Belanda tersebut PM Mesir memberikan jawaban sebagai berikut: ”Menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan”.
Raja Farouk Mesir juga menyampaikan alasan dukungan Mesir dan Liga Arab kepada Indonesia dengan mengatakan ”Karena persaudaran Islamlah, terutama, kami membantu dan mendorong Liga Arab untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan mengakui kedaulatan negara itu”
Dengan adanya pengakuan Mesir, Indonesia secara de jure adalah negara berdaulat. Masalah Indonesia menjadi masalah Internasional. Belanda sebelumnya selalu mengatakan masalah Indonesia “masalah dalam negeri Belanda”. Pengakuan Mesir dan Liga Arab mengundang keterlibatan pihak lain termasuk PBB dalam penyelesaian masalah Indonesia.[1]
Untuk menghaturkan rasa terima kasih, pemerintah Soekarno mengirim delegasi resmi ke Mesir pada tanggal 7 April 1946. Ini adalah delegasi pemerintah RI pertama yang ke luar negeri. Mesir adalah negara pertama yang disinggahi delegasi tersebut.
Tanggal 26 April 1946 delegasi pemerintah RI kembali tiba di Kairo. Beda dengan kedatangan pertama yang berjalan singkat, yang kedua ini lebih intens. Di Hotel Heliopolis Palace, Kairo, sejumlah pejabat tinggi Mesir dan Dunia Arab mendatangi delegasi RI untuk menyampaikan rasa simpati. Selain pejabat negara, sejumlah pemimpin partai dan organisasi juga hadir. Termasuk pemimpin Hasan Al-Banna dan sejumlah tokoh IM dengan diiringi puluhan pengikutnya.
Malam tanggal 6 Mei 1946, delegasi Indonesia dipimpin oleh H. Agus Salim, Deputi Menlu Indonesia berkunjung ke kantor pusat dan koran IM. Beliau mengungkapkan rasa terima kasih Indonesia atas dukungan IM kepada mereka.
Tanggal 10 November 1947, mantan PM Indonesia dan penasehat Presiden Soekarno, Sutan Syahrir, berkunjung ke kantor pusat dan koran IM. Kedatangan mereka disambut dengan gembira dan meriah oleh IM.
Sebuah Renungan
Fakta sejarah ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa soliditas umat Islam adalah kekuatan dahsyat yang harus terus dipelihara. Oleh karena itu upaya-upaya untuk melakukan konsolidasi antara bangsa-bangsa muslim, menyangkut masalah politik, ekonomi, sosial, pertahanan keamanan, dan peradaban Islam secara umum harus terus diperjuangkan, sehingga rahmat Islam dapat menebar di seluruh penjuru bumi dan dirasakan oleh seluruh umat manusia.
Khusus bagi bangsa Indonesia fakta sejarah ini mengingatkan bahwa mereka ‘berutang budi’ pada Islam yang telah mengajarkan prinsip ukhuwah Islamiyah. Berkat semangat persatuan dan persaudaraan Islam inilah bangsa Indonesia dapat memperoleh dukungan kemerdekaan dari berbagai negara di dunia.
Oleh karena itu alangkah eloknya jika bangsa ini dapat meningkatkan penghargaannya pada ajaran Islam. Bahkan bersedia menegakkan nilai-nilai universalnya dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Wa li-Llahil hamd! Merdeka!

Sumber Tulisan
http://unimolly.multiply.com/journal/item/61/Di_Balik_Kemerdekaan_Indonesia
Sumbangan Al-Ikhwan Al-Muslimun untuk Kemerdekaan Republik Indonesia, Rizki Ridyasmara
Sepak Terjang IM di Indonesia, Abu Ghozzah



[1] Suatu kondisi yang patut kita kritisi selang beberapa tahun dari kemerdekaan Indonesia, Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948 pada pukul 18.01. Sepuluh menit kemudian, pada pukul 18.11, Amerika Serikat langsung mengakuinya. Pengakuan atas Israel juga dinyatakan segera oleh Inggris, Prancis dan Uni Soviet. Seharusnya hal yang sama bisa saja dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet untuk mengakui kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Tetapi hal tersebut tidak terjadi, justru negara-negara Muslim lah yang berkontribusi konkret dalam mengakui dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

disalin dari: http://www.al-intima.com/qadhaya/kemerdekaan-indonesia-berawal-dari-palestina-dan-mesir

Selasa, 09 Agustus 2016

Kado Istimewa Bangsa Arab Untuk Indonesia

Abdurrahman Azzam Pasya masih duduk terpekur di hadapan meja kerjanya.Raut muka Sekjen Liga Arab itu nampak serius. Di atas pelataran mejanya, berserakan dokumen-dokumen penting. Ada satu benda yang menarik perhatiannya, secarik kertas tergulung rapi: peta dunia.
Orang nomor satu di perhimpunan negara-negara Arab ini membuka gulungan peta itu. Ditatapnya lamat-lamat, matanya beredar ke sana kemari. Sambil menghela nafas, ia tak menemukan nama tempat yang dia cari: INDONESIA.
Indonesia? Di manakah negeri itu berada?Sambil menerawang peta, Azzam lagi-lagi menggelengkan kepalanya yang berbalut peci tarbus.Ia menyerah, bersandar di punggung kursinya. Di manakah negeri yang kabarnya baru merdeka?
Mengapa tak ada Indonesia dalam peta? Padahal beberapa masih ingat dalam benaknya, beberapa harian terkemuka dimesir memuat tentang kemerdekaan Indonesia.
Belum lagi, Mufti Palestina Syaikh Amin Al Husaini mengucapkan selamat kepada negeri nun di Timur sana. Masih ingat pula dalam benaknya, pengusaha kesohor Palestina M Ali Tahir menegaskan kepada para mahasiswa,” Saya serahkan seluruh harta saya untuk kemerdekaan Indonesia.”
Syaikh Amin Al Husseini. Sumber foto: Wikipedia
Sejak saat itu, Azzam serius meminta laporan-laporan perkembangan Indonesia kepada para mahasiswa dan juga warga Arab yang simpati pada perjuangan Indonesia.
“Saya kumpulkan semua laporan yang masuk ke meja saya soal perang perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia yang ssekarang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta melawan Belanda.Saat itu jumlah penduduk Indonesia sekitar 70 juta jiwa,” kenang Azzam dalamJauh di Mata Dekat di Hati, Potret Hubungan Indonesia-Mesir.
Indonesia, yang saat itu masih berjuang dalam sunyi masih belum dikenal di kancah global terus menyuarakan suara minor di tengah dunia internasional. Saat dunia membisu menatap penjajahan di Indonesia, Azzam Pasya justru semakin mendekat ke negeri yang terpisah ribuan kilometer.
“Saya akui bahwa ketika ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal Liga Arab pada 1945, saya tidak tahu banyak tentang Indonesia. Pengetahuan saya mengenai Indonesia sangat terbatas.Tidak lebih dari yang saya baca dari buku-buku atau koran-koran internasional,”Azzam mengenang saat itu.
Abdurrahman ‘Azzam Pasha.’ Sumber foto: http://www.museumwnf.org/league-of-arab-states/?page=LAS-previous-secretary-general.php&sgid=SG1945
Setelah membaca semua laporan yang masuk ke meja kerjanya mengenai perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, Azzam mulai memahami persoalan Indonesia dengan baik.
Hasil dari pengetahuannya mengenai Indonesia membuat Azzam terketuk hatinya untuk membantu perjuangan rakyat Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
Kini, Azzam mendekat ke peta, ia melihat negeri dengan beragam pulau, tapi tak ada nama Indonesia di sana. Juzur al Hindi al Hulandiyyah as Syarqiyyah tertera di sana: Kepulauan Hindia Belanda Timur. Sambil tersenyum simpul, ia bersumpah akan membantu saudaranya di seberang lautan sana.
Azzam pun bersua dengan para pejabat tinggi Mesir.Secara khusus, Azzam bertemu dengan Perdana Menteri Mesir yang juga Menteri Luar Negeri Mesir, Mahmud Fahmi Nokrasyi.
”Bagaimana pendapat Yang Mulia seandainya kita memberi dukungan atas perjuangan bangsa Indonesia?” kata Azzam.
“Yang Mulia, bangsa Indonesia adalah bangsa muslim yang sedang berjuang untuk merebut kemerdekaannya kembali dari tangan penjajah Belanda. Menurut pendapat saya, kalau bangsa ini memperoleh dukungan dan bantuan sepenuhnya dari bangsa negeri-negeri Arab dan Islam, pasti sesudah merdeka mereka akan mempunyai pengaruh dan peranan dalam perimbangan kekuatan di dunia, menggantikan Jepang yang sudah menyerah kalah,” kata Azzam.
Tatapan matanya semakin mantap.Memang hanya impian, negeri itu kelak akan memiliki peranan penting. Harapan yang seolah tak masuk akal. Bagaimana mungkin, negeri yang tak diakui di mana pun kelak akan menjadi negeri yang berperan besar, khususnya untuk Islam dan kaum muslimin?
Tapi disitulah Azzam berharap. Negeri yang kini sendirian kelak tak lagi sendiri. Akan ada banyak saudara seperjuangan yang siap membantunya.
Perdana Menteri Nokrasyi tersenyum simpul.
“Tapi, Indonesia itu jauh letaknya. Indonesia berada di Timur Jauh dekat dengan Australia bukan?”
Dengan sorot mata yang tak berubah, Azzam meyakinkan.
“Yang Mulia, jarak antara kita dengan Indonesia bukan masalah.Menurut saya, Negara-negara Arab bisa menjalin hubungan yang erat dengan bangsa Indoensia yang mayoritas beragama Islam,” tegasnya.
“Jika kita memberikan bantuan kepada bangsa Indonesia dalam peperangan melawan Belanda, saya yakin mereka tidak akan lupa saat mereka merdeka nanti.Pastilah mereka akan mengingat kebaikan kita ini dan akan membantu perjuangan kita menghadapi tentara Inggris dan perjuangan membebaskan tanah Arab yang masih dalam pendudukan bangsa lain,” tegasnya.
Kedua orang itu saling menatap. Nokrasyi tak berkata apapun. Suasana mendadak hening. Sorot mata Abdurrahman mengatakan semuanya. Kelak, semoga Indonesia menjadi negeri yang tak melupakan sejarah, berjuang membebaskan bangsa lain yang masih terjajah.
“Saya yakin mereka tidak akan lupa saat mereka merdeka nanti. Pastilah mereka akan mengingat kebaikan kita ini membebaskan tanah Arab yang masih dalam pendudukan bangsa lain,”
Nokrasyi hanya berpesan agar diberikan data-data tentang Indonesia. Ia belum bisa menjanjikan apapun. Azzam pun tak berdiam diri, ia terus mendatangi pejabat-pejabat negara Arab. Secara khusus, Azzam pun mendatangi lingkungan Raja Mesir saat itu, Raja Faruq.
“Yang penting bagi saya, Raja setuju bahwa Mesir memberikan bantuan yang diperlukan oleh Indonesia.Setelah itu, saya akan menghubungi negara-negara Arab lainnya untuk memperoleh dukungan atas apa yang saya lakukan,” tegas Azzam.
Bak gayung bersambut, telepon tua di kantor Azzam pun berdering. Suara parau di balik sana sudah sangat dikenal Azzam. Ia terkaget-kaget rupanya Raja Mesir yang langsung menelepon dirinya.
“Apa yang paling diperlukan Indonesia?,” tanya Raja Faruq tanpa tedeng aling.
Selain pengakuan kedaulatan, jawab Azzam, yang paling dibutuhkan adalah senjata. Namun, jika ditambah dengan pengiriman sukarelawan dari negara-negara Arab, maka itu lebih baik.
Raja Faruk pun memberikan persetujuan.
“Seluruh senjata biar dikirim dari Mesir.Adapun sukarelawan, dikirim dari negara-negara Arab,” tegas.
Tetiba saja mata Azzam berkaca-kaca. Ia tak tahu mengapa ia menangis. Padahal, Indonesia saja baru-baru ini dia dengar. Melihatnya saja belum pernah. Menggenggam tanahnya apa lagi. Tapi entah mengapa, ada harapan yang terbesit begitu saja.
“Seluruh senjata biar dikirim dari Mesir. Ada pun sukarelawan (berperang), dikirim dari negara-negara Arab,”
Rasa yang sulit diungkapkan.Seakan saudara yang sudah lama tak bersua. Seakan begitu dekat, dekat sekali, bahwa Arab dan Indonesia saling bertaut. Aneh memang, bahkan para pemimpinnya pun tak pernah saling bertatap, tapi mengapa seakan terasa sangat dekat.Dekat sekali.
Keseriusan Azzam berlanjut pada Sidang Liga Arab pertama, sepenggal Rabu dipenghujung 1945. Untuk pertama kali dalam sejarah, sepucuk surat dari panitia Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia dibacakan di hadapan para pemimpin Arab.
Istana Qasr Za’faran menjadi saksi bahwa para negara Arab bertekad untuk membantu secara konkret kemerdekaan Indonesia. Pemimpin sidang yang saat itu Mahmud Fahmy Nokrasyi membacakan surat dari Indonesia pertama kali di hadapan para pemimpin Arab.
“Situasi di Indonesia semakin gawat. Sehubungan dengan digelarnya Sidang Liga Arab, kami menantikan dukungan konkret dari negara-negara Arab dan pengakuan terhadap Republik Indonesia yang merdeka. Kami juga mengharap Inggris tidak membantu Belanda dan tidak ikut campur urusan Indonesia.
Tertanda
Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia”
Ruangan terhentak sejenak. Isu kemerdekaan Indonesia sekejap menjadi Headline Negeri-negeri Arab. Abdurrahman Azzam tak perlu menunggu waktu lama. Segera ia menghubungi Pemerintah Inggris melalui kedutaannya di Kairo.
Ia meminta Inggris tidak membantu Belanda sehingga Inggris tidak dituduh oleh bangsa Islam dan Arab bersikap ta’ashshub (fanatik) dalam menentang kaum Muslim.
Azzam mengatakan kepada salah seorang diplomat Inggris di Kairo bahwa ia tidak akan ragu-ragu meminta negara-negara Arab untuk mengirim sukarelawan guna berjuang bersama para pejuang Indonesia.
Azzam pun segera mengumumkan jihad fisabilillah melawan Belanda dan siapa saja yang membantu Belanda. Setelah itu, Azzam menemui Raja Arab Saudi Abdul Aziz al-Saud ketika Raja itu berkunjung ke Mesir pada 16 Januari 1946.
“Yaa Thawiil al-‘Umri (Yang Mulia), di Timur Jauh ada bangsa muslim yang jumlahnya mencapai 70 juta jiwa. Mereka mengumumkan jihad melawan penjajah Belanda untuk meminta hak-haknya dan meminta hak-haknya dan meraih kemerdekaannya.” kata Azzam kepada pendiri Kerajaan Saudi ini.
Raja Saudi pertama ini meminta keterangan tambahan Azzam tentang perang kemerdekaan itu, lalu mengatakan:
“Ketahuilah, Ya Abdurrahman, bahwa saya dan negeri saya siap membantu bangsa Muslim itu!”
Azzam kemudian menjelaskan bahwa yang diminta bangsa Indonesia adalah senjata dan pengajuan masalah Indonesia ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Raja Aziz al-Saud lantas menegaskan, “Ya, Abdurrahman, apapun yang mereka minta, saya siap melakukannya.”
Pertemuan berakhir dengan kesepakatan bahwa pengiriman senjata menjadi tanggung jawab Mesir, sedangkan biaya pengangkutan senjata menjadi tanggung jawab Arab Saudi.
Setelah mendapat dukungan dari para Raja kerajaan Arab, Azzam pun bertekad untuk segera mengirimkan bantuan kepada Indonesia.Ditatapnya lamat-lamat peta  di hadapanya. Ia tuliskan nama Indonesia.
“Harus..harus ada perwakilan liga Arab yang datang langsung ke Indonesia,” gumannya. Ia pun bertekad mengutus perwakilan bangsa Arab datang menyatakan dukungannya kepada Indonesia.Sebuah kado, kado istimewa untuk Indonesia dari bangsa Arab.
Kelak sejarah akan mencatat bagaimana perwakilan Liga Arab, M Abdul Mun’im menembus blokade, bertaruh nyawa, menyelusup ke negeri ini menyampaikan segenggam pesan sederhana: Negeri Ini Tidak Sendiri Bung!
Berbilang tahun, tak ada lagi kesendirian. Namanya tercetak gagah di peta-peta dunia. Tak sulit lagi menemukan Indonesia. Kado yang begitu istimewa dari Arab. Namun, berpuluh tahun kemudian, masih ada amanat yang belum tertunai.
Harapan Azzam akan negeri ini. Harapan akan perannya suatu saat kelak, membebaskan negeri-negeri terjajah. Negeri-negeri yang nun jauh di sana, yang mungkin masih berpeluh dalam kesendirian. Semakin tergerus waktu, namanya bahkan dari peta dunia menghilang berganti nama lain.
Sejarah seakan berulang. Akankan negeri ini mengingat ketika masih dalam kesendirian? Ketika satu persatu tangan terulur lembut.
Hari ini, kita menyaksikan berkumpulnya para pemimpin dunia Islam dalam KTT Luar Biasa OKI di negeri ini. Negeri yang dulu bahkan tak ada namanya dalam peta.Negeri yang dulu berjuang dalam sunyi.
Akankah ada kado istimewa untuk Palestina? Atau mereka lupa dengan para pendahulunya?
“Seluruh senjata biar dikirim dari Mesir.Ada pun sukarelawan (berperang), dikirim dari negara-negara Arab,” tegas Raja Faruq.
Biar sejarah yang akan mencatatnya…
Bersambung…
Oleh: Rizki Lesus – Penggiat Jejak Islam untuk Bangsa (JIB)
Tulisan ini hanyalah cerita pendek yang dihimpun dari data-data tercecer yang dapat dipertanggungjawabkan:
Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, M Zein Hassan
Jauh di Mata Dekat di Hati, Potret Hubungan Indonesia-Mesir.Tim Kedubes Indonesia untuk Mesir, ed. AM Fachir

sumber: http://jejakislam.net/?p=1419